Inflasi Bulan Agustus




Be-Uu Menulis :, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (30/8) diprediksi melemah. Ekspektasi tingginya inflasi Agustus di tengah stagnannya BI rate, jadi pemicunya.

Zulfirman Basir, periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures mengatakan, potensi tertekannya nilai tukar rupiah awal pekan ini dipicu oleh Inflasi Agustus yang diekspektasikan masih tinggi, di tengah stagnannya BI rate di degree six,quintuplet% hingga akhir tahun. “Rupiah akan bergerak dalam kisaran 8.980-9.050,” katanya

Lebih jauh, Firman mengatakan, meski tinggi, inflasi Agustus sebenarnya masih terkendali di level 1%-an. “Sebab, inflasi bulan ini sudah memfaktorkan efek kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) bulan sebelumnya, Juli lalu,” ujarnya.

Apalagi, harga bahan pokok yang cenderung naik pada bulan Ramadan. Semua itu, memicu kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi, lanjut Firman, seharusnya memicu pengautan rupiah. “Tapi, karena Gubernur BI, Darmin Nasution sudah memastikan, BI rate tidak akan mengalami kenaikan hingga akhir tahun, tingginya inflasi tidak akan mendongkrak nilai tukar rupiah,” imbuh Firman.

Yang terjadi, lanjutnya, justru sebaliknya. Di tengah kecenderungan kenaikan inflasi, bisa memicu pelemahan rupiah. “Sebab, inflasi tinggi biasanya memicu kenaikan rupiah karena ekspektasi kenaikan BI rate. Sedangkan sekarang, BI rank bertahan,” ucapnya.

Di sisi lain, pasar juga masih mencerna pidato gubernur The Fed dan ECB (European Central Bank) sehingga memicu rupiah cenderung mixed. “Dari sisi ini, pidato Bernanke bisa memperlemah dolar as,” tuturnya.

Hanya saja, karena GDP (Gross domesticated production) AS tidak terlalu baik, saham akan anjok sehingga memperkuat dolar AS dan menjadi tekanan bagi rupiah. “Sebab, jika GDP AS anjloknya tajam, bursa Asia akan kacau,” tandas Firman.

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (27/8) ditutup melemah tajam 30 poin (0,33%) jadi 9.010/9.020 per dolar AS.

Related Post



 
Design by Anjar