
Be-Uu Menulis : Bursa saham Indonesia Senin (30/8) masih akan bergerak sideways. Kendati demikian, masih ada peluang pada saham lapis dua dan sektor consumer goods.
Analis BNI Securities Ahmad Nurcahyadi mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini masih belum mengkonfirmasi 3.150 sebagai level support yang kuat untuk apresiasi lanjutan indeks. “Meskipun kenaikan harga saham sudah sangat tinggi, belum ada peluang membuat level 3.150 sebagai level support,” katanya kepada INILAH.COM.
Menurutnya, bagi sebagian investor lokal, kenaikan harga saham big caps sudah mengkhawatirkan dan bisa memicu koreksi yang dalam. Apalagi saham dari grup Bakrie sudah "di-push" untuk membantu kenaikan indeks, sehingga praktis sudah sangat sedikit saham yang berpeluang naik.
Lihat saja IHSG, yang saat ini diperdagangkan dengan price earning (PE) 29 kali. Angka ini merupakan pasar termahal dalam hal valuasi. “Namun bagi investor asing, meski dengan PE setinggi ini, pasar saham Indoensia masih menarik, didukung kinerja makro ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Meskipun valuasinya sudah tinggi, berdasarkan perhitungan kapitalisasi pasar terhadap rasio GDP, IHSG masih di bawah 100%. Sementara itu, dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka PE Indonesia akan tumbuh menjadi 15-18 kali.
Namun, Ahmad menilai, dalam sisa 4 bulan hingga akhir 2010, sangat kecil kemungkinan menaikkan earning per share EPS hingga 2 kali lipat menuju target PE tersebut. Hal ini menyulitkan IHSG bergerak lebih tinggi lagi. “Target PE 15-18 kali baru mungkin tercapai tahun depan,” paparnya.
Bagi investor asing, saham-saham Indonesia yang diperdagangkan di PE 13,5-22 kali, masih tetap menawarkan imbal hasil di atas US Treasury Notes (benchmark zero risk asset).
Ini berarti tidak ada pilihan lain selain penempatan di saham-saham Indonesia. Sedangkan investor lokal kemungkinan masih akan menunggu koreksi IHSG. “Tapi ada baiknya mengakumulasi saham-saham lapis dua dan saham dari sektor konsumer goods,” ucapnya.
Sektor konsumer dinilai Ahmad merupakan sektor yang defensif dan akan selalu didukung permintaan. Apalagi beberapa saham consumer goods belum mencapai nilai wajarnya dan masih berpotensi tumbuh. Salah satu saham pilihannya adalah PT Indofood (INDF), karena masih diperdagangkan di bawah PE industri.
“Ada peluang peningkatan valuasi INDF seiring rencana IPO Indofood CBP, meskipun pertumbuhan sales cenderung flat namun tingkat utang INDF menurun seiring penguatan rupiah,” ujarnya.
Saham lain pilihannya adalah PT Gajah Tunggal (GJTL) dan PT Astra Otoparts (AUTO). Kedua emiten ini adalah saham pendukung komponen otomotif, yang diuntungkan setelah PT Astra International (ASII) naik sangat tinggi, “Setelah ASII mahal, pelaku pasar beralih ke second liner pendukung otomotif,” paparnya.
Saham lain yang dinilai menarik adalah saham pakan ternak PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA), yakni produsen mie telur.
Pada perdagangan Jumat (27/8), IHSG ditutup melemah 40,402 poin (1,28%) ke level 3104,733. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia cukup ramai, dimana volume transaksi tercatat 6,096 miliar lembar, senilai Rp4,271 triliun dan frekuensi 106.910 kali.
Sebanyak 52 saham naik, 147 saham turun dan 85 saham stagnan. Koreksi ini juga dipicu aksi jual asing, dimana transaksi jual bersih (net foreign sell) mencapai Rp279 miliar. Rinciannya adalah transaksi jual asing mencapai Rp1,231 triliun dan transaksi beli asing Rp952 miliar.