
(IST)
Be-Uu Menulis :, Kabul – Nama Zia Salehi tiba-tiba merebak. Ajudan Presiden Afghanistan Hamid Karzai ini menjadi sorotan. Pasalnya, dalam sebuah penyelidikan korupsi, Badan Intelijen Nasional AS, CIA terdeteksi memberinya gaji. Hah? Untuk apa?
Mohammed Zia Salehi adalah Kepala Konsul Keamanan Nasional di Afghanistan. Namun, namanya selama bertahun-tahun disinyalir berada dalam daftar payroll CIA. Hal ini berdasarkan temuan penyelidik dari Kabul dan Washington. Belum jelas apa yang dilakukan Salehi sehingga ia menerima ‘gaji’ dari AS.
Beebagai spekulasi pun muncul. Salehi bisa saja memberi informasi intelijen atau menginformasikan kepada Washington, suasana di dalam istana kepresidenan negaranya. Yang jelas, hubungan Salehi dan CIA bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah AS di Afghanistan.
Sejak invasi dilancarkan pada 2001, pemerintah AS melalui Presiden George W Bush berulang kali meminta Afghanistan mengatasi masalah korupsinya yang telah mengakar. Kebijakan ini dilanjutkan Presiden Barack Obama. Sebab, pemberantasan korupsi dinilai penting untuk mengatasi pemberontak.
“CIA bekerja keras untuk menjalankan kebijakan AS secara menyeluruh di Afghanistan. Tudingan tidak berdasar dari sumber yang bahkan tak disebutkan namanya, takkan mengubah kenyataan mengenai apa yang kami lakukan di sana,” ujar Jubir CIA Paul Gimigliano.
Salehi tertangkap Juli lalu dan dibebaskan atas permintaan Karzai. Tak ada informasi apakah pembebasan itu juga akibat peran CIA. Namun pejabat Afghanistan khawatir, Salehi tahu banyak tentang permainan uang di tubuh pemerintahannya.
Pekan lalu, Senator John Kerry menyempatkan diri terbang ke Kabul untuk mendiskusikan kasus Salehi dengan Karzai. Ketika diwawancarai usai pertemuan itu, senator Partai Demokrat itu mengaku khawatir dengan hubungan antara Salehi dengan pemerintah Amerika. Meski begitu, ia tak menyebutkan soal CIA.
“Kami akan meneliti kembali, hubungan macam apa yang dijalin Salehi dengan pemerintah AS. Kami akan mengkajinya dengan sangat teliti,” papar Kerry. Mantan capres yang dikalahkan Bush ini juga berkata, telah menekan Karzai untuk benar-benar memberantas korupsi di negaranya.
Kasus Salehi ini membuat keseriusan pemerintah Obama dalam memberantas korupsi di Afghanistan menjadi pertanyaan. Padahal, kampanye antikorupsi itu juga menjadi perdebatan di pemerintah. Ada yang berkata Amerika harus menjadikannya sebagai titik utama strategi invasi di Afghanistan.
Sedangkan pihak lain menilai, menyerang pejabat korup yang posisinya penting untuk menstabilkan pemerintah, bisa makin menghancurkan Karzai dan kabinetnya. Apalagi, AS harus segera membuat proses sebelum Desember, ketika Gedung Putih mengevaluasi misinya di Asia Selatan itu.
“Memerangi korupsi sudah menjadi momok misi kami di Afghanistan,” kata seorang staf Gedung Putih yang menolak disebutkan namanya. Posisi AS memang juga makin terdesak, karena 2011 adalah tahun terakhir invasi di Afghanistan. Obama berkomitmen untuk menarik mundur pasukannya sebelum Januari 2012.
Staf itu mengatakan, korupsi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di kalangan pemerintah Afghanistan. Hal inilah yang membuat pemerintahannya bisa ditaklukkan kelompok militan ekstremis macam Taliban. Upaya ini makin sulit setiap harinya dengan berbagai temuan baru.
Seperti saudara tiri Karzai, Ahmed Wali Karzai, yang kini juga diduga berada dalam daftar payroll CIA. Penyelidik menduga Ahmed berperan penting di jaringan perdagangan opium Afghanistan, yang merajai perdagangan dunia. Sang adik itu juga menjabat sebagai Kepala Provinsi Kandahar.
Sejak invasi pascaserangan WTC New York pada 11 September 2001, CIA berperang di Afghanistan melalui jalur intelijen. Mereka memiliki mata-mata lokal sejak 2002 hingga tahun lalu untuk mengawasi Taliban. Bahkan, seluruh biaya dan gajinya ditanggung CIA. [ast]